Selasa, 18 Desember 2012

puisi ku


Malam Yang Kelam
Di malam yang kelam
Suasana hening dan sepi
Tak ada sekata pun suara manusia
Hanya suara jangkrik yang mengerik-ngerik
Tak biasanya suasana malam terasa hening seperti ini
Mata yang tak mau terpejam
Hati yang gundah gulana
Menambah kekosongan malam yang hampa
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara
Aku pun tak menghiraukanya
Aku tetap terpaku dalam lamunan ku
Tapi, lambat laun suara itu merasuk dalam jiwa dan perasaan ku
Suara yang dapat menentramkan persaan ini
Lantunan ayat-ayat suci al-qur’an yang begitu merdu
Membuat hatiku tergugah untuk segera bersuci
Serta menyerahkan kegundahan ini kepada_Nya  

                                                                               Karya: Nuning Surya Lestari

STRUKTUR DAN UNSUR-UNSUR PUISI

-->
MAKALAH
STRUKTUR dan UNSUR-UNSUR PUISI


DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK :
1.    Ario Wibibi
2.    Ayu Rosalina
3.    Egi Hermawan
4.    Nuning Surya Lestari


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2012



Kata Pengantar

    Puji syukur atas kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Struktur dan Unsur-Unsur Puisi”. Dan tak lupa pula sholawat berserta salam penyusun sanjungkan kepada pahlawan refolusi islam yakni nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
     Bentuk karya sastra ada tiga yaitu puisi, prosa fiksi dan drama. Karena puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dibuat dengan kata-kata yang indah, dan memiliki makna serta pesan yang dikandungnya. Serta memiliki struktur dan unsur-unsur pembentuk yang terkandung didalamnya. Maka penyusun membuat makalah ini yang berisi tentang pengertian serta struktur dan unsur-unsur puisi. Supaya dapat menggugah pembaca untuk membuat karya sastra puisi, dan  dapat juga digunakan oleh pembaca sebagai pedoman dalam membuat puisi yang benar menurut kaedah-kaedah bahasa dan sastra.
    Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penyusun pun menyadari bahwasanya makalah ini  belum sempurna, karna masih banyak kekurangan didalamnya, maka dari itu penyusun meminta kritik dan saran yang membangun dan demi kesempurnaan makalah ini dari pembaca. Atas kritik dan saranya penyusun menucapkan terimakasih.



                                                                                                                          17 September 2012


                                                                                                                                  Penyusun,





Daftar Isi


Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………....1
1.1  Latar Belakang………………………………………………………………………………..1
1.2  Perumusan Masalah …………………………………………………………………………..1
1.3  Tujuan…………………………………………………………………………………………1
BAB III Pembahasan……………………………………………………………………………..2
2.1 Pengertian Puisi……………………………………………………………………………….2
2.2 Struktur Puisi………………………………………………………………………………….2
2.3 Unsur-Unsur Puisi…………………………………………………………………………….4
BAB III Penutup…………………………………………………………………………………8
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………8
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………..8
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………….9










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
   Puisi adalah bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna. Keindahan puisi ditentukan oleh diksi,  majas, rima dan iramanya. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Dalam sebuah puisi terdapat struktur dan unsur-unsur pembentuknya yang menjadikan puisi itu indah, bermakna serta memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnya sehingga dapat dinikmati oleh pembaca puisi. Karena perkembangan zaman yang begitu pesat maka berkembang pula bahasa-bahasa yang digunakan oleh pengarang, maka dari itu penulis menyusun makalah ini guna untuk memberi pengetahuan mengenai pemilihan kata yang dapat digunakan dalam pembuatan puisi yang terdapat dalam unsur-unsur puisi yaitu pemilihan kata atau diksi. Dengan makalah ini penulis berharap agar pembaca dalam membuat suatu karya sastra puisi yang baik sesuai dengan struktur dan unsur-unsur puisi.

1.2  Perumusan masalah 
1.      Apa yang dimaksud dengan puisi ?
2.      Apa struktur dalam puisi ?
3.      Apa unsur-unsur dalam puisi ?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui penggertian puisi.
2.      Mengetahui struktur puisi.
3.      Mengetahui unsur-unsur puisi.







BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Puisi
        Puisi adalah bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna. Keindahan puisi ditentukan oleh diksi,  majas, rima dan iramanya. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, tetapi maknanya sangat kaya. Kata yang digunakan adalah konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.

2.2 Struktur Puisi
           Puisi adalah sebuah struktur. Dalam pengertian struktur tersirat adanya unsur-unsur yang menyusun struktur itu. Bagian-bagian atau unsur-unsur struktur itu saling erat berhubungan.  Struktur puisi adalah struktur yang kompleks. Artinya, setiap unsur-unsur puisi itu banyak dan saling menjalin. Oleh karena itu, sulit untuk memahami struktur yang kompleks. Struktur puisi lebih tepatnya adalah struktur sajak, haruslah dianalisis untuk bisa dipahami dengan baik (Hill, 1966, hlm. 6). Puisi juga dapat dikatan sebagai struktur lapis-lapis norma. Menurut Ingarden (Wellek, 1968, hlm 151-152). Karya sastra itu terdiri atas lapis norma yaitu: lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia pengarang, lapis dunia yang implisit dan lapis  metafisika.
1.      Lapis Bunyi
   Lapis bunyi merupakan deretan bunyi-bunyi fonem yang ada dalam persajakan puisi. Bunyi fonem itu berderet dan bergabung, gabungan bunyi fonem itu berupa satuan bunyi kata. Misalnya kata cintaku berupa satuan deretan bunyi: c – i – n - t – a – k - u. deretan satuan bunyi kata itu menjadi satuan deret bunyi kalimat. Begitu seterusnya menjadi gabungan bunyi seluruh bait sajak dan seluruh bunyi sajak itu.
2.      Lapis Arti
   Lapis arti merupakan struktur satuan-satuan arti. Satuan itu berupa kata, kelompok kata dan kalimat. Tiap-tiap kata merupakan satuan bunyi yang menimbulkan arti. Suatu arti yang lebih besar merupakan kelompok kata dan satuan arti yang terbesar merupakan kalimat. Adapun alinea merupakan kelompok kalimat  serta sajak itu merupakan deretan satuan-satuan arti. Contoh, perahu melancar ( perahu berjalan cepat), bulan memancar (bulan bersinar terang), dileher ku kalungkan ole-ole buat si pacar ( si aku membawa buah tangan (ole-ole) buat kekasihnya (si pacar)).
   Satuan-satuan estetik dalam lapis bunyi adalah persajakan, kiasan bunyi, dan orkestrasi. Semua itu merupakan pola estetika karena hadirnya dalam puisi untuk mendapatkan nilai seni.
     Misalnya pada sajak  “cintaku Jauh di Pulau” merupakan persajakan korkestrasi bunyi, karena pada bait pertama, baris pertama terdapat asonansi au-au-au. Pada baris kedua ada kombinansi asonansi i-i-i-i dan alitrasi s-s-s-s. Kombinasi tersebut membuat berirama dan liris.
    Cintaku jauh dipulau.
    Gadis manis, sekarang iseng sendiri. 
3.      Lapis Dunia Pengarang
   Lapis dunia pengarang merupakan struktur unsur-unsur  yang menjalin dunia pengarang itu atau cerita itu. Disebut dunia pengarang karena karena cerita itu hanya bersifat rekaan, dunia yang dikemukakan itu secara kenyataan tidak ada. Seperti ”Cintaku Jauh di Pulau”  itu bukan peristiwa yang dialami oleh Chairil Anwar secara nyata, tetapi hanya karangannya saja.
4.      Lapis Dunia yang Implisit
    Lapis dunia implisit itu berupa sugesti-sugesti atau kiasan-kiasan. Semua ini sesuai dengan sifat hakikat puisi yang merupakan ucapan tidak langsung. Dunia yang dipandang dari sudut pandang tertentu yang tidak usah dinyatakan, tetapi implisit itu berupa sugesti dan kiasan-kiasan. Seperti: tak usah dikatakan malam, tetapi dengan adanya bulan memancar itu berarti malam hari. Laut terang berarti tidak hujan, tidak berkabut. Hal ini sesuai dengan hakikat puisi yang berupa pemadatan, berupa ekspresi esensi.
5.      Lapis Metafisika
     Lapis metafisika adalah lapis sifat-sifat atau kualitas metafisis, yaitu sublim ( yang maha hebat), yang tragis, yang mengerikan, yang suci. Sifat-sifat itu membuat kita sebagai pembaca merenungkan apa yang dikemukakan oleh sajak itu. Akan tetapi, lapis ini mungkin tidak terdapat dalam sebuah karya sastra. Lapis metafisik ini mengemukakan makna filosofis karya sastra.
     Makna filosofis sajak “cintaku jauh di Pulau” adalah makna ketragisan hidup manusia, meskipun segala usaha telah dilakukan, syarat-syarat telah dipenuhi, semua berjalan lancar, tetapi (seringkali) manusia tidak dapat mencapai yang diinginkan, dicita-citakan karena sebelum tercapai, ia telah dijemput maut. Inilah hal yang tragis karena peristiwa yang kontradiktoris.
  
  





2.3  Unsur-Unsur Puisi

A.    Unsur Fisik
a.       Diksi (pemilihan kata)
     Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan baik makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki kedudukan terpenting dalam puisi, kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, karena makna kata-kata dalam puisi lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih dalam pembuatan puisi hendaknya bersifat puitis dan mempunyai efek keindahan.
b.      Pengimajinasian
    Pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan daya khayal atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut seolah-olah pembaca merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair dalam isi puisi. Perhatiakan cuplikan puisi berikut:
       Kehilangan Mestiku
   
Sepoi berhembus angin menyejuk diri
Kelana termenung
Merenung air
Lincah bermain ditimpa sinar

Hanya sebuah bintang
Kelap kemilau
Tercampak dilangit
Tidak berteman
 
Hatiku hatiku
Belum juga sejuk dibuai bayu
Girang beriak mencontoh air
Atau laksana bintang biarpun sunyi
Tetap bersinar berbinar-binar
Petunjuk nelayan disamudra lautan
               
                                                                      (karya Aoh Kartahadimadja)

Dari puisi diatas secara keseluruhan, penyair dalam puisi itu mengambarkan gerak alam seperti hembusan angin, permainan air, dan bintang bersinar. Dengan pengambaran yang cukup jelas itu pembaca seakan-akan ikut hanyut kedalam keindahan persajakan puisi sehingga seakan menyaksikan girang dan kemilaunya suasana alam itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.
c.       Kata Konkret
   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju”: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
d.      Bahasa Figuran (Majas)
   Majas merupakan bahasa yang digunakan oleh penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Misalnya, untuk mengambarkan keadaan ombak penyair menggunakan majas personifikasi berikut ini.
       Risik risau ombak memecah
       Di pantai landai
       Buih berderai
   
    Dalam cuplikan puisi tersebut, ombak digambarkan seolah-olah manusia yang bisa berisik dan memiliki rasa risau. Selain itu, majas menjadikan suatu puisi lebih indah. Misalnya untaian kata-kata di pantai landai / buih berderai, kata-kata tersebut memiliki keindahan (puitis) dengan digunakan persamaan bunyi /a/ dan /i/.
e.       Rima / Ritma
    Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi, dengan adanya rima menjadikan puisi menjadi indah, serta makna yang ditimbulkan menjadi kuat, seperti petikan sajak berikut ini: dan angin mendesah/mengeluh mendesah. Disamping rima, dikenal pula istilah ritma yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait-bait puisi.
f.       Tata Wajah(Tipografi)
   Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, tetapi bait.  Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama (Jabrohim, 2004: 54). Penulis puisi membuat puisi dengan cara menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual (Aminudin, 2002: 146; Dermawan, 1999: 44)






B.     Unsur Batin

a.  Tema
       Tema merupakan gagasan utama penyair dalam puisinya. Gagasan penyair cenderung tidak selalu sama dan besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh karena itu, tema puisi yang dihasilkannya pun akan berlainan. Herman J. Waluyo (1987) dalam bukunya, Teori dan Apreseasi Puisi, mengklasifikasikan tema puisi menjadi lima kelompok mengikuti pancasila,  yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat, dan keadilan sosial.
1.      Tema Ketuhanan
   Puisi dengan tema ketuhananantara lain menggambarkan pengalaman batin, keyakinan, atau sikap penyair terhadap Tuhan. Nilai-nilai ketuhanan dalam puisi akan tampak pada pilihan kata, ungkapkan, atau lambang. Contohnya puisi “Doa” karya Amir Hamzah.
2.      Tema Kemanusiaan
   Puisi bertema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuan. Dua contoh puisi bertema kemanusiaan adalah “Gadis Peminta-mita” karya Toto Sudarto Bachtiar dan “ Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” karya W.S. Renda.
3.      Tema patriotisme/kebangsaan
   Puisi bertema patriotisme/kebangsaan antara lain melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah. Tema kebangsaan bisa pula berwujud pesan-pesan penyair dalam membina persatuan bangsa atau rasa cinta akan tanah air. Puisi Chairil Anwar yang berjudul “Krawang-Bekasi” dan “Diponegoro”.
4.      Tema Kedaulatan Rakyat
     Puisi ini biasanya mengungkapkan penindasan dan sewenang-sewenang terhadap rakyat. Sajak “Kemis Pagi” karya Taufik Ismail, merupakan salah satu contoh bertema kedaulatan rakyat. Puisi lainya  berjudul “Rakyat” karya Hartoyo Andangjaya.
5.      Tema Keadilan Sosial
     Puisi bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial. Puisi-puisi demontrasi yang terbit sekitar 1966 lebih banyak menyuarakan keadilan sosial. Contoh kumpulan puisi yang bertema keadilan sosial adalah “Potret Pembangunan Dalam Puisi” karya Rendra. 




b. Perasaan
       Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau Sang Khalik. Jika penyair hendak mengagungkan keindahan alam, sebagai sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan majas dan diksi yang mewakili dan memancarkan makna keindahan alam. Jika ekspresi berupa kegelisahan dan kerinduan kepada Sang Kholik, bahasa yang digunakannya cenderung bersifat perenungan akan aksistensinya dan hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan. Seperti puisi berikut ini,
      Hanyut aku Tuhanku
      Dalam lautan kasih-Mu
              Tuhan, bawalah aku
              Meninggi kelangit ruhani   

         Larik-larik puisi diatas diambil dari puisi yang berjudul “Tuhan” karya Bahrun Rangkuti. Puisi tersebut merupakan penghayatan tentang kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu Sang Kholik. Kerinduan dan kegelisahannya diekspresikannya melalui kata hanyut, kasih, meninggi dan langit ruhani.
c. Nada dan Suasana
       Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi. Adapun suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
      Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan oleh penyair dapat menimbulkan suasana iba dihati pembaca. Nada kritik yang diberikan oleh penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religious dapat menimbulkan suasana khusuk.
d. Amanat
       Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, tetapi lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikanya.
BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
          Puisi adalah bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna. Keindahan puisi ditentukan oleh diksi,  majas, rima dan iramanya. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, tetapi maknanya sangat kaya. Kata yang digunakan adalah konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
         Puisi adalah sebuah struktur. Dalam pengertian struktur tersirat adanya unsur-unsur yang menyusun struktur itu. Bagian-bagian atau unsur-unsur struktur itu saling erat berhubungan.  Struktur puisi adalah struktur yang kompleks. Artinya, setiap unsur-unsur puisi itu banyak dan saling menjalin. Oleh karena itu, sulit untuk memahami struktur yang kompleks. Struktur puisi lebih tepatnya adalah struktur sajak, haruslah dianalisis untuk bisa dipahami dengan baik (Hill, 1966, hlm. 6). Puisi juga dapat dikatan sebagai struktur lapis-lapis norma. Menurut Ingarden (Wellek, 1968, hlm 151-152). Karya sastra itu terdiri atas lapis norma yaitu: lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia pengarang, lapis dunia yang implisit dan lapis  metafisika.
      Secara garis besar menurut Herman J. Waluyo (1995) dalam bukunya yang berjudul Teori dan Apresiasi Puisi unsur-unsur puisi dibagi menjadi dua yaitu unsur fisik yang terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figurasi (majas), ritma/ rima, dan tata wajah (topografi). Dan unsur batin yang terdiri dari tema (tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial), perasaan, nada dan suasana, dan amanat.
3.2 Saran  
        Puisi merupakan karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata indah dan kaya akan makna. Didalam puisi juga terdapat struktur pembangun sebuah puisi dan unsur-unsur puisi. Dalam makalah ini penyusun menuliskan apa-apa saja yang terdapat dalam struktur dan unsur-unsur puisi, guna untuk memberi pengetahuan kepada pembaca, agar pembaca dapat mengetahui tentang pengertian, struktur dan unsur-unsur puisi. Sehingga pembaca dapat membuat puisi yang sesuai dengan kaedah-kaedah dalam pembuatan puisi serta sesuai dengan struktur dan unsur-unsur puisi.  


Daftar Pustaka

Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Yrama Widya
Pradopo, Rachmat Djoko, dkk. (2010). Puisi. Pekanbaru : Universitas Terbuka