Puji syukur atas
kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Struktur dan Unsur-Unsur Puisi”. Dan tak lupa pula sholawat berserta salam
penyusun sanjungkan kepada pahlawan refolusi islam yakni nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Bentuk karya sastra ada tiga yaitu puisi,
prosa fiksi dan drama. Karena puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra
yang dibuat dengan kata-kata yang indah, dan memiliki makna serta pesan yang
dikandungnya. Serta memiliki struktur dan unsur-unsur pembentuk yang terkandung
didalamnya. Maka penyusun membuat makalah ini yang berisi tentang pengertian
serta struktur dan unsur-unsur puisi. Supaya dapat menggugah pembaca untuk
membuat karya sastra puisi, dan dapat
juga digunakan oleh pembaca sebagai pedoman dalam membuat puisi yang benar
menurut kaedah-kaedah bahasa dan sastra.
Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, penyusun pun menyadari bahwasanya makalah ini belum sempurna, karna masih banyak kekurangan
didalamnya, maka dari itu penyusun meminta kritik dan saran yang membangun dan
demi kesempurnaan makalah ini dari pembaca. Atas kritik dan saranya penyusun
menucapkan terimakasih.
17 September 2012
Penyusun,
Daftar
Isi
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………….i
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………..ii
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………………………....1
Puisi adalah bentuk
karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata yang indah dan
kaya akan makna. Keindahan puisi ditentukan oleh diksi, majas, rima dan iramanya. Adapun kekayaan
makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur
bahasa. Dalam sebuah puisi terdapat struktur dan unsur-unsur pembentuknya yang
menjadikan puisi itu indah, bermakna serta memiliki nilai-nilai yang terkandung
didalamnya sehingga dapat dinikmati oleh pembaca puisi. Karena perkembangan
zaman yang begitu pesat maka berkembang pula bahasa-bahasa yang digunakan oleh
pengarang, maka dari itu penulis menyusun makalah ini guna untuk memberi
pengetahuan mengenai pemilihan kata yang dapat digunakan dalam pembuatan puisi
yang terdapat dalam unsur-unsur puisi yaitu pemilihan kata atau diksi. Dengan
makalah ini penulis berharap agar pembaca dalam membuat suatu karya sastra
puisi yang baik sesuai dengan struktur dan unsur-unsur puisi.
1.2Perumusan masalah
1.Apa
yang dimaksud dengan puisi ?
2.Apa
struktur dalam puisi ?
3.Apa
unsur-unsur dalam puisi ?
1.3Tujuan
1.Mengetahui
penggertian puisi.
2.Mengetahui
struktur puisi.
3.Mengetahui
unsur-unsur puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang tersaji
secara monolog, menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna. Keindahan
puisi ditentukan oleh diksi, majas, rima
dan iramanya. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh
pemadatan segala unsur bahasa. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda
dengan gaya bahasa yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang
ringkas, tetapi maknanya sangat kaya. Kata yang digunakan adalah konotatif yang
mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
2.2
Struktur Puisi
Puisi adalah sebuah struktur. Dalam
pengertian struktur tersirat adanya unsur-unsur yang menyusun struktur itu.
Bagian-bagian atau unsur-unsur struktur itu saling erat berhubungan. Struktur puisi adalah struktur yang kompleks.
Artinya, setiap unsur-unsur puisi itu banyak dan saling menjalin. Oleh karena
itu, sulit untuk memahami struktur yang kompleks. Struktur puisi lebih tepatnya
adalah struktur sajak, haruslah dianalisis untuk bisa dipahami dengan baik
(Hill, 1966, hlm. 6). Puisi juga dapat dikatan sebagai struktur lapis-lapis
norma. Menurut Ingarden (Wellek, 1968, hlm 151-152). Karya sastra itu terdiri
atas lapis norma yaitu: lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia pengarang, lapis
dunia yang implisit dan lapis
metafisika.
1.Lapis Bunyi
Lapis bunyi merupakan deretan bunyi-bunyi
fonem yang ada dalam persajakan puisi. Bunyi fonem itu berderet dan bergabung,
gabungan bunyi fonem itu berupa satuan bunyi kata. Misalnya kata cintaku berupa
satuan deretan bunyi: c – i – n - t – a – k - u. deretan satuan bunyi kata itu
menjadi satuan deret bunyi kalimat. Begitu seterusnya menjadi gabungan bunyi
seluruh bait sajak dan seluruh bunyi sajak itu.
2.Lapis Arti
Lapis arti merupakan struktur satuan-satuan
arti. Satuan itu berupa kata, kelompok kata dan kalimat. Tiap-tiap kata
merupakan satuan bunyi yang menimbulkan arti. Suatu arti yang lebih besar
merupakan kelompok kata dan satuan arti yang terbesar merupakan kalimat. Adapun
alinea merupakan kelompok kalimat serta
sajak itu merupakan deretan satuan-satuan arti. Contoh, perahu melancar (
perahu berjalan cepat), bulan memancar (bulan bersinar terang), dileher ku
kalungkan ole-ole buat si pacar ( si aku membawa buah tangan (ole-ole) buat
kekasihnya (si pacar)).
Satuan-satuan estetik dalam lapis bunyi
adalah persajakan, kiasan bunyi, dan orkestrasi. Semua itu merupakan pola
estetika karena hadirnya dalam puisi untuk mendapatkan nilai seni.
Misalnya pada sajak “cintaku Jauh di Pulau” merupakan persajakan
korkestrasi bunyi, karena pada bait pertama, baris pertama terdapat asonansi
au-au-au. Pada baris kedua ada kombinansi asonansi i-i-i-i dan alitrasi
s-s-s-s. Kombinasi tersebut membuat berirama dan liris.
Cintaku jauh dipulau.
Gadis manis, sekarang iseng sendiri.
3.Lapis Dunia Pengarang
Lapis dunia pengarang merupakan struktur
unsur-unsur yang menjalin dunia
pengarang itu atau cerita itu. Disebut dunia pengarang karena karena cerita itu
hanya bersifat rekaan, dunia yang dikemukakan itu secara kenyataan tidak ada.
Seperti ”Cintaku Jauh di Pulau” itu
bukan peristiwa yang dialami oleh Chairil Anwar secara nyata, tetapi hanya
karangannya saja.
4.Lapis Dunia yang Implisit
Lapis dunia implisit itu berupa
sugesti-sugesti atau kiasan-kiasan. Semua ini sesuai dengan sifat hakikat puisi
yang merupakan ucapan tidak langsung. Dunia yang dipandang dari sudut pandang
tertentu yang tidak usah dinyatakan, tetapi implisit itu berupa sugesti dan
kiasan-kiasan. Seperti: tak usah dikatakan malam, tetapi dengan adanya bulan
memancar itu berarti malam hari. Laut terang berarti tidak hujan, tidak
berkabut. Hal ini sesuai dengan hakikat puisi yang berupa pemadatan, berupa
ekspresi esensi.
5.Lapis Metafisika
Lapis metafisika adalah lapis sifat-sifat
atau kualitas metafisis, yaitu sublim ( yang maha hebat), yang tragis, yang
mengerikan, yang suci. Sifat-sifat itu membuat kita sebagai pembaca merenungkan
apa yang dikemukakan oleh sajak itu. Akan tetapi, lapis ini mungkin tidak
terdapat dalam sebuah karya sastra. Lapis metafisik ini mengemukakan makna
filosofis karya sastra.
Makna filosofis sajak “cintaku jauh di
Pulau” adalah makna ketragisan hidup manusia, meskipun segala usaha telah
dilakukan, syarat-syarat telah dipenuhi, semua berjalan lancar, tetapi
(seringkali) manusia tidak dapat mencapai yang diinginkan, dicita-citakan
karena sebelum tercapai, ia telah dijemput maut. Inilah hal yang tragis karena
peristiwa yang kontradiktoris.
2.3Unsur-Unsur Puisi
A.Unsur
Fisik
a.Diksi (pemilihan kata)
Kata-kata yang digunakan dalam puisi
merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil
pertimbangan baik makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata dengan
kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki kedudukan terpenting
dalam puisi, kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, karena makna kata-kata
dalam puisi lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih dalam pembuatan puisi
hendaknya bersifat puitis dan mempunyai efek keindahan.
b.Pengimajinasian
Pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai
kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan daya khayal atau imajinasi.
Dengan daya imajinasi tersebut seolah-olah pembaca merasa, mendengar, atau
melihat sesuatu yang diungkapkan penyair dalam isi puisi. Perhatiakan cuplikan puisi
berikut:
Kehilangan
Mestiku
Sepoi berhembus angin menyejuk diri
Kelana termenung
Merenung air
Lincah bermain ditimpa sinar
Hanya sebuah bintang
Kelap kemilau
Tercampak dilangit
Tidak berteman
Hatiku hatiku
Belum juga sejuk dibuai bayu
Girang beriak mencontoh air
Atau laksana bintang biarpun sunyi
Tetap bersinar berbinar-binar
Petunjuk nelayan disamudra lautan
(karya Aoh Kartahadimadja)
Dari
puisi diatas secara keseluruhan, penyair dalam puisi itu mengambarkan gerak
alam seperti hembusan angin, permainan air, dan bintang bersinar. Dengan
pengambaran yang cukup jelas itu pembaca seakan-akan ikut hanyut kedalam
keindahan persajakan puisi sehingga seakan menyaksikan girang dan kemilaunya
suasana alam itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.
c.Kata Konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat
ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju”:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan
lain-lain.
d.Bahasa Figuran (Majas)
Majas merupakan bahasa yang digunakan oleh
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau
kata lain. Majas mengiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain. Maksudnya,
agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Misalnya, untuk mengambarkan
keadaan ombak penyair menggunakan majas personifikasi berikut ini.
Risik
risau ombak memecah
Di pantai landai
Buih berderai
Dalam cuplikan puisi tersebut, ombak
digambarkan seolah-olah manusia yang bisa berisik dan memiliki rasa risau.
Selain itu, majas menjadikan suatu puisi lebih indah. Misalnya untaian
kata-kata di pantai landai / buih berderai, kata-kata tersebut memiliki
keindahan (puitis) dengan digunakan persamaan bunyi /a/ dan /i/.
e.Rima / Ritma
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi,
dengan adanya rima menjadikan puisi menjadi indah, serta makna yang ditimbulkan
menjadi kuat, seperti petikan sajak berikut ini: dan angin mendesah/mengeluh
mendesah. Disamping rima, dikenal pula istilah ritma yang diartikan sebagai
pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait-bait puisi.
f.Tata Wajah(Tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang penting
antara puisi prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf,
tetapi bait. Tipografi
merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan
prosa fiksi dan drama (Jabrohim, 2004: 54). Penulis puisi membuat puisi dengan
cara menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual
(Aminudin, 2002: 146; Dermawan, 1999: 44)
B.Unsur
Batin
a. Tema
Tema merupakan gagasan utama penyair
dalam puisinya. Gagasan penyair cenderung tidak selalu sama dan besar
kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh karena itu, tema puisi yang dihasilkannya
pun akan berlainan. Herman J. Waluyo (1987) dalam bukunya, Teori dan Apreseasi Puisi, mengklasifikasikan tema puisi menjadi
lima kelompok mengikuti pancasila, yaitu
tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat, dan
keadilan sosial.
1.Tema Ketuhanan
Puisi dengan tema ketuhananantara lain menggambarkan
pengalaman batin, keyakinan, atau sikap penyair terhadap Tuhan. Nilai-nilai
ketuhanan dalam puisi akan tampak pada pilihan kata, ungkapkan, atau lambang.
Contohnya puisi “Doa” karya Amir Hamzah.
2.Tema Kemanusiaan
Puisi bertema kemanusiaan mengungkapkan
tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap
manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat,
dan kedudukan tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuan. Dua contoh
puisi bertema kemanusiaan adalah “Gadis Peminta-mita” karya Toto Sudarto
Bachtiar dan “ Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta” karya W.S. Renda.
3.Tema patriotisme/kebangsaan
Puisi bertema patriotisme/kebangsaan antara
lain melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat
pahlawan yang berjuang melawan penjajah. Tema kebangsaan bisa pula berwujud
pesan-pesan penyair dalam membina persatuan bangsa atau rasa cinta akan tanah
air. Puisi Chairil Anwar yang berjudul “Krawang-Bekasi” dan “Diponegoro”.
4.Tema Kedaulatan Rakyat
Puisi ini biasanya mengungkapkan
penindasan dan sewenang-sewenang terhadap rakyat. Sajak “Kemis Pagi” karya
Taufik Ismail, merupakan salah satu contoh bertema kedaulatan rakyat. Puisi
lainya berjudul “Rakyat” karya Hartoyo
Andangjaya.
5.Tema Keadilan Sosial
Puisi bertema keadilan sosial lebih
menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial. Puisi-puisi
demontrasi yang terbit sekitar 1966 lebih banyak menyuarakan keadilan sosial.
Contoh kumpulan puisi yang bertema keadilan sosial adalah “Potret Pembangunan Dalam Puisi” karya Rendra.
b. Perasaan
Puisi merupakan karya sastra yang paling
mewakili ekspresi perasaan penyair. Ekspresi dapat berupa kerinduan,
kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau Sang Khalik. Jika penyair
hendak mengagungkan keindahan alam, sebagai sarana ekspresinya ia akan
memanfaatkan majas dan diksi yang mewakili dan memancarkan makna keindahan
alam. Jika ekspresi berupa kegelisahan dan kerinduan kepada Sang Kholik, bahasa
yang digunakannya cenderung bersifat perenungan akan aksistensinya dan hakikat
keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan. Seperti puisi berikut ini,
Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan, bawalah aku
Meninggi kelangit ruhani
Larik-larik puisi diatas diambil dari
puisi yang berjudul “Tuhan” karya Bahrun Rangkuti. Puisi tersebut merupakan
penghayatan tentang kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu Sang
Kholik. Kerinduan dan kegelisahannya diekspresikannya melalui kata hanyut, kasih, meninggi dan langit ruhani.
c. Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi, penyair mempunyai
sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati, menyindir,
atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair
kepada pembaca disebut nada puisi. Adapun suasana adalah akibat yang
ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
Nada dan suasana puisi saling
berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada
duka yang diciptakan oleh penyair dapat menimbulkan suasana iba dihati pembaca.
Nada kritik yang diberikan oleh penyair dapat menimbulkan suasana penuh
pemberontakan bagi pembaca. Nada religious dapat menimbulkan suasana khusuk.
d. Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh
penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan
atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam
pikiran penyair, tetapi lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang
diberikanya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Puisi adalah bentuk karya sastra yang
tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna.
Keindahan puisi ditentukan oleh diksi,
majas, rima dan iramanya. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam
puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Gaya bahasa yang digunakan
dalam puisi berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan sehari-hari. Puisi
menggunakan bahasa yang ringkas, tetapi maknanya sangat kaya. Kata yang
digunakan adalah konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Puisi adalah sebuah struktur. Dalam
pengertian struktur tersirat adanya unsur-unsur yang menyusun struktur itu.
Bagian-bagian atau unsur-unsur struktur itu saling erat berhubungan. Struktur puisi adalah struktur yang kompleks.
Artinya, setiap unsur-unsur puisi itu banyak dan saling menjalin. Oleh karena
itu, sulit untuk memahami struktur yang kompleks. Struktur puisi lebih tepatnya
adalah struktur sajak, haruslah dianalisis untuk bisa dipahami dengan baik
(Hill, 1966, hlm. 6). Puisi juga dapat dikatan sebagai struktur lapis-lapis
norma. Menurut Ingarden (Wellek, 1968, hlm 151-152). Karya sastra itu terdiri
atas lapis norma yaitu: lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia pengarang, lapis
dunia yang implisit dan lapis
metafisika.
Secara garis besar menurut Herman J.
Waluyo (1995) dalam bukunya yang berjudul Teori dan Apresiasi Puisi unsur-unsur
puisi dibagi menjadi dua yaitu unsur fisik yang terdiri dari diksi,
pengimajinasian, kata konkret, bahasa figurasi (majas), ritma/ rima, dan tata
wajah (topografi). Dan unsur batin yang terdiri dari tema (tema ketuhanan,
kemanusiaan, patriotisme, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial), perasaan,
nada dan suasana, dan amanat.
3.2
Saran
Puisi merupakan karya sastra yang
tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata indah dan kaya akan makna.
Didalam puisi juga terdapat struktur pembangun sebuah puisi dan unsur-unsur
puisi. Dalam makalah ini penyusun menuliskan apa-apa saja yang terdapat dalam
struktur dan unsur-unsur puisi, guna untuk memberi pengetahuan kepada pembaca,
agar pembaca dapat mengetahui tentang pengertian, struktur dan unsur-unsur
puisi. Sehingga pembaca dapat membuat puisi yang sesuai dengan kaedah-kaedah
dalam pembuatan puisi serta sesuai dengan struktur dan unsur-unsur puisi.
Daftar
Pustaka
Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung:
Yrama Widya
Pradopo, Rachmat Djoko,
dkk. (2010). Puisi. Pekanbaru :
Universitas Terbuka