Kepak Burung Srindit
Karya: Sujud Arismana
Sembahku serumit
Sekerumunan nadi
Yang terpukat
Menghabiskan
Letup sebasahan
Keringatmu
Sebenarnya purnama
Telah menangis
Celupkan cahaya
Di luhak-luhak
Tunas matamu
Yang menggelepar
Cibiran jatayu sulung
Menumpas angkara
Yang hendak merau
Sayapmu
standan peluk biduan
Terasa hangat
Menyelimutiku
Kau lengserkan
Siulan termedumu
Ke telukku
Tapi jangan bilang
Kau hilang
Juka semua orang
Menjadikanmu ada
Pekanbaru, Mei 2012
Analisis gaya bahasa
berdasarkan sajak “Kepak Burung Serindit” Karya Sujud Arismana.
Berdasarkan sajak puisi
“Kepak Burung Serindit” dapat dikategorikan ke dalam unsur gaya bahasa yang
dikandungnya, misalnya gaya bahasa Enumerasio, personifikasi, hiperbola, Alusi,
dan metafora. Sajak-sajak puisi ini akan dianalisis sebagai berikut.
Sembahku
serumit
Sekerumunan
nadi
Yang
terpukat
Menghabiskan
Letup
sebasahan
Keringatmu
Pada sajak puisi di atas termasuk ke dalam gaya bahasa
Enumerasio, karena di dalam sajak tersebut memiliki makna bahwa beberapa
peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan, satu persatu agar tipa
peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Semabahku serumit
sekerumunan nadi, termasuk ke dalam gaya bahasa hiperbola, yang memiliki makna yang
berlebih-lebihan, kalimat atau frasa yang di bentuknya memiliki makna yang
tidak sesungguhnya dan melebih-lebihkan.
Yang
terpukat
Menghabiskan
Letup
sebasahan
Keringatmu
Sajak puisi di atas termasuk kedalam
gaya bahasa personifikasi yang memiliki
makna yaitu, gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup. Seperti
kata menghabiskan seolah-olah keringat itu bersifat makhluk hidup yang bisa
menghabiskan letupan sebahasan keringat.
Sajak puisi “Sebenarnya purnama telah menangis” termasuk
kedalam gaya bahasa personifikasi karena memiliki makna bahwa gaya bahasa yang
mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup. Tidak lah mungkin sebuah
purnama menangis, Karena kita ketahui bahwa purnama merupakan benda mati, bukan
makhluk hidup.
Celupkan
cahaya
Di
luhak-luhak
Tunas
matamu
Yang
menggelepar
Sajak puisi di atas termasuk ke dalam jenis gaya bahasa
Personifikasi, karena menyatakan bahwa benda mati seolah-olah hidup. Dapat dikaji
bahwa mana mungkin “celupkan cahaya di luhak-luhak tunas matamu yang
menggekepar”, dalam sajak puisi ini memiliki kata kunci celupkan cahaya, yang
menggelepar, sajak inilah yang menandakan bahwa sajak puisi ini termasuk ke
dalam gaya bahasa personifikasi.
Cibiran
jatayu sulung
Menumpas
angkara
Yang
hendak merau
Sayapmu
Sajak puisi di atas termasuk ke dalam gaya bahasa hiperbola
karena terdapat kalimat “cibiran jatayu sulung menumpas angkara yang hendak merau sayapmu”, gaya bahasa hiperbola
ini memiliki makna yang berlebih-lebihan, hal ini dapat kita lihat pada sajak
puisi, tidaklah mungkin dengan cibiran jatayu sulung dapat menumpas angkara,
dimana kita ketahui angkara merupakan kebisingan. Jadi jelaslah bahwa sajak
puisi ini termasuk ke dalam gaya bahasa hiperbola.
standan
peluk biduan
Terasa
hangat
Menyelimutiku
Pada sajak puisi di atas termasuk ke dalam gaya bahasa
Antiklimak karena menyatakan bahwa beberapa hal berurutan semakin lama semakin
menurun. Hal ini terlihat pada sajak
puisi yaitu “setandan peluk biduan, terasa hangat menyelimutiku” maksudnya segugus pelukan
wanita memberi rasa hangat dan akhirnya dapat menyelimuti tubuh yang telah
lelah.
Kau
lengserkan
Siulan
termedumu
Ke
telukku
Pada sajak puisi di atas termasuk ke dalam gaya bahasa
alusi. Gaya bahasa alusi merupakan gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu
dengan orang, tempat atau peristiwa. Makna dari sajak puisi “Kau lengserkan Siulan termedumu Ke telukku” bahwa
ada sebuah pemimpin yang melengser atau mengalihkan suara termedu untuk meminta
pertolongan”
Tapi
jangan bilang
Kau
hilang
Jika
semua orang
Menjadikanmu
ada
Pada sajak puisi
di atas termasuk ke dalam gaya bahasa apofasis atau preterisio. Gaya bahasa apofasis
atau preterisio adal gaya bahasa dimana penulis atau pengarang mengaskan
sesuatu, tapi tampaknya menyangkal. Sajak puisi “Tapi jangan bilang Kau hilang Jika semua orang Menjadikanmu ada” memiliki
arti bahwa jangan menganggap kita itu tak berguna, atau jangan merendahkan
diri. Apadahal orang disekitarmu membutuhkanmu
dan menggap kamu berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar