Tugas Kelompok
Makalah Sintaksis
BERDASARKAN SKRIPSI ANALISIS KALIMAT YANG DIGUNAKAN PADA
IKLAN PENAWARAN DALAM SURAT KABAR HARIAN PAGI RIAU POS EDISI FEBRUARI
Dosen Pemangku : Ermawati S., S.Pd., M.A.
Kelompok: 3
Nama: 1. April Rahmatdianto
2.
Chintya Ika Hapsari
3.
Julisa Fitri
4.
Nuning Surya Lestari
5.
Romala Sari
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2014
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain atas berkat bimbingan dosen pemangku matakuliah Sintaksis yaitu
Emawati Sulaiman, S.Pd., M.A yang telah memberikan ilmunya serta arahan-arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Serta berkat bantuan teman-teman seperjuangan jugalah yang telah memberikan
masukan-masukan terhadap penyusunan makalah ini, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi dan berjalan sesuai yang diharapkan bersama.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini. Penulis sudah semaksimal
mungkin mengerjakan makalah ini sebaik-baik mungkin. Penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bisa menjadi
referensi dalam pembelajaran. Mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ataupun dari segi kelengkapan materi dalam makalah ini. Dari kesalahanlah kita dapat belajar dan
mengerjakan semua ini menjadi lebih baik lagi. Atas kritik dan sarannya penulis
mengucapkan terimakasih.
Pekanbaru, 12 Mei 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kalimat...............................................................................................
2
2.2
Kalimat Deklaratif...............................................................................................
2
2.3
Kalimat Imperatif.................................................................................................
3
2.3.1
Kalimat Taktransitif..........................................................................................
4
2.3.2
Kalimat Transitif...............................................................................................
4
2.3.3
Kalimat Halus...................................................................................................
4
2.3.4
Kalimat Imperatif Permintaan .......................................................................... 5
2.3.5
Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan............................................................
5
2.3.6
Kalimat Imperatif Larangan..............................................................................
5
2.3.7
Kalimat Imperatif Pemberian............................................................................
5
2.4
Kalimat Intogratif................................................................................................
6
2.5
Kalimat Ekslamatif..............................................................................................
7
2.6
Hakikat Periklanan...............................................................................................
8
2.7
Ciri-ciri Bahasa Iklan .......................................................................................... 8
2.8
Klasifikasi Iklan...................................................................................................
9
2.9
Hakikat Iklan Penawaran.....................................................................................
9
2.9.1
Pengertian Iklan Penawaran..............................................................................
9
2.9.2
Bahasa Yang Digunakan Dalam Iklan..............................................................
10
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ......................................................................................................... 11
3.2
Saran....................................................................................................................
11
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai
alat komunikasi peranan bahasa sungguh penting. Bahasa sebagai alat komunikasi
dan intraksi hanya dimiliki manusia. Bahasa Indonesia sebagai media komunikasi
utama di Indonesia semakin menunjukan kedewasaan dan kemantangannya. Menurut
Depdiknas (2008:116), “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.”
Manusia
dapat berkomunikasi dengan siapa saja dengan menggunakan bahasa, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Perkembangan bahasa indonesia dalam media massa
mempunyai peranan yang penting. Media massa berfungsi sebagai salah satu alat
penyebar informasi di masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Romli
(2005:5), “ Media massa (Mass Media) singkatan dari komunikasi massa merupakan channel of mass comunication, yaitu
saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan dalam komunikasi massa.”
Iklan
memanfaatkan bahasa untuk mempromosikan barang atau jasa. Produsen menulis
kelebihan-kelebian barang atau jasa yang akan ditawarkan dengan bahasa.
Penggunaan bahasa bertujuan mempengaruhi konsumen agar membeli atau memakai
produknya. Bahasa iklan berkaitan dengan pemberian informasi, menarik khalayak
ramai original, memiliki kekhassan, dan persuasif. Bahasa iklan lebih santai
dan bersahabat. Selain sebagai sarana komunikasi, iklan juga merupakan sarana
untuk mengembangkan suatu badan atau organisasi. Jadi, iklan merupakan bentuk
pemakaian bahasa sehingga pesan yang dikandungnya dapat diterima atau dicerna
oleh kelompok masyaratkat sasaran yang pada gilirannya kelompok masyarakat
sasaran itu dapat memberikan umpan balik yang berupa keuntungan bagi perusahaan
yang bersangkutan. Utuk meraih kepercayaan masyarakat melalui iklannya, suatu
perusahaan yang bersangkutan untuk meraih kepercaan masyarakat melalui
iklannya, suatu perusahaan melakukankajian sosial untuk mengetahui minat
masyarakat dan media yang tepat untuk iklan sangat mampu menipu pembacanya
dengan mempermainkan kata-kata atau kalimat sehingga membuat pembacanya menjadi
terpengaruh, namun kenyataannya, bertentangan dengan apa yang telah dinyatakan
dalam iklan. Hal ini sangat jelasakan merugikan konsumen (pemakai) sehingga
akan membuatnya kurang atau tidak mempercayai merek suatu barang atau apa yang
telah diiklankan.
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan dan tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh
(Alwi,dkk. 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik
turun dan keras lembut, desela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang
diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi
bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan huruf latin,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda
tanya (?), atau tanda seru (!);sementara itu, di dalamnya disertakan pula
berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan
sepasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda serusepadan dengan intonasi akhir,
sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda
titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan.
Penelitian ini menetik beratkan pada
pemakaian bahasa indonesia ditinjau dari penggunaan kalimat berdasarkan
fungsinya. Menurut Chaer (2008:187) menjelaskan, “pembagian atas kalimat,
kalimat deklaratif, kalimat introgatif,kalimat imperaktif, dan kalimat
interjektif disebut juga pembagian berdasarkan modusnya, yaitu isi atau amanat
yang ingin disampaikan oleh kalimat-kalimat itu kepada pendengar atau para
pendengar. “senada dengan pendapat tersebut Alwi, dkk. (2003:352) menjelaskan,
“kalimat jika dilihat dari bentuk sintaksisinya, dapat dibagi atas (1) kalimat
deklaratif, (2) kalimat introgatif, (3) kalimat imperaktif, dan (4) kalimat
ekslamatif. “jadi, berdasarkan pembagian kalimat di atas dapat dinyatakan bahwa
pemakaian kalimat terbagi atas empat macam, yaitu (1) kalimat deklaratif, (2)
kalimat introgatif, (3) kalimat imperaktif, dan (4) kalimat ekslamatif.
2.2Kalimat Deklartif
Kalimat
deklaratif, juga dikenal dengan nama kalimat berita dalam buku-buku tata bahasa
indonesia, secara formal, jika dibandingkan dengan ketiga kalimat lainnya,
tidak bermarkah khusus. “Dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat deklaratifumumnya
digunakan oleh pembicaraan/penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya
merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya.“ (Alwi, dkk. 2003:353).
Misalnya, kita mengetahui ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian kita
sampainya peristiwa itu kepada orang lain, maka kita dapat memberitakan
kejadian itu dengan menggunakan bermacam-macam bentuk kalimat deklaratif,
antara lain, seperti berikut (Alwi, dkk. 2003:353)
a.
Tadi pagi ada
tabrakan mobil di depan Monas.
b.
Saya lihat ada
bus masuk Ciliwung tadi pagi.
c.
Waktu ke kantor,
saya lihat ada jib menabrak becak sampai hancur.
d.
Saya ngeri
melihat tabrakan antar bus PPD dan sedan Fiat tadi pagi.
e.
Tadi pagi ada
sedan Fiat mulus yang di tabrak bus PPD.
Dari segi bentuknya,kalimat diatas bermacam-macam.
Ada yang memperlihatkan inverse, ada yang berbentuk aktif, ada yang berentuk
pasif,dan sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat fungsi komunikatifnya, maka
kalimat diatas adalah sama, yakni semua merupakan kalimat berita. Dengan
demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja, asalkan semuanya
merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisannya, kalimat berita diakhiri dengan
tanda titik. Dalam bentuk lisan, suara berakhir dengan nada turun. Jadi, dapat
dinyatakan bahwa kalimat berita itu adalah kalimat yang untuk memberitaukan
sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian
seperti tercemin pada pandangan mata yang menunjukan adanya perhatian.
2.3
Kalimat Imperatif
Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau
dari isinya,dapat diperinci menjadi enam golongan (Alwi,dkk.2003:353):
1.
Perintah atau
suruhan jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu;
2.
Perintah halus
jika pembicara tanpaknya tidak memerintah lagi,tetapi menyuruh mencoba atau
mempersilahkan lawan bicara sudi berbuat sesuatu;
3.
Permohon jika
pembicara,demi kepentinganya,minta lawan biacara berbuat sesuatu;
4.
Ajakan dan
harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu;
5.
Larangan atau
printah negativ,jika pembicara menyuruh agar jangan melakukan sesuatu;
6.
Pembiaran jika
pembicara minta agar jangan dilarang.
Kalimat imperaktif memiliki ciri formal seperti
berikut.
a.
Intonasi yang
ditandai nada rendah di akhir tuturan,
b.
Pemakaian
partikel penegas,penghalus,dan kata tugas ajakan,harapan,permohonan,dan
larangan.
c.
Susunan inversi
sehingga urutanya menjadi tidak selalu terungkap predikat subjek jika
diperlukan, dan
d.
Pelaku tindakan
tidak selalu terungkap.
Kalimat imperatif dapat diwujudkan sebagai berikut
1. Kalimat yang terdiri atas predikat verbal dasar atau
adjektiva, ataupun frasa preposisional saja yang sifatnya taktrasitif,
2. Kalimat lengkap yang berpredikat cerbal
taktransitif atau transitif,dan
3. Kalimat yang dimarkahi oleh berbagai kata tugas
modalitas kalimat.
2.3.1
Kalimat imperaktif taktransitif
Kalimat
imperaktif taktransitif dibentuk dari kalimat deklaratif (taktransitif) yang
dapat berpredikat verba dasar,frasa adjektival, dan frasa verbal yang
berprefiks ber-atau meng- ataupun farasa preposisional.
Contoh:
a.
Engkau masuk.
b.
Masuk!
2.3.2
Kalimat Imperatif Transitif
Kalimat imperatif yang berpredikat verba transitif
mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat
dapat dianggap berbentuk asif ialah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam
kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku,
sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasaran dalam
kalimat imperaktif.contoh:
a.
Engkau mencari
pekerjaan apa saja.
b.
Carilah
pekerjaan apa saja!
2.3.3
Kalimat Imperatif Halus
Di
samping bentuk pasif yang baru saja dibicarakan, bahasa indonesia juga memiliki
sejumlah kata yang dipakai untuk menghaluskan isi kalimat imperaktif. Kata
seperti tolong, coba, silahkan sudilah, dan kiranya sering digunakan untuk
menentukan maksud tertentu. Contoh:
a.
Tolong
kirimkan kontrak ini.
b.
Coba
panggil Kepala Bagian Umum.
c.
Silahkan
masuk, bu.
d.
Sudilah
bapak mengunjungi pameran kami.
e.
Kiranya
anda tidak berkeberatan.
2.3.4
Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat
imperatif juga digunakan untuk melengkapkan permintaan. Kalimat seperti itu
ditandai oleh kata minta atau mohon. Subjek pelaku kalimat impraktif
permintaan ialah pembicara yang sering tidak dimunculkan. Contoh:
a.
Minta
perhatian, saudara-saudara!
b.
Mohon
memperhatikan aturan ini.
2.3.5
Kalimat Imperaktif Ajakan dan Harapan
Di dalam kalimat
imperaktif, ajakan dan harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kaya ayo(lah), mari(lah), harapan, dan hendaknya. Contoh:
a.
Ayolah,
masuk!
b.
Mari
kita makan.
c.
Harap
duduk dengan tenang.
d.
Hendaknya
anda pulang saja.
2.3.6
Kalimat Imperaktif Larangan
Kalimat
Imperaktif dapat bersifat larangan dengan adanya kata jangan(lah). Contoh:
a.
Jangan
(kamu) naik.
b.
Janganlah
membaca di tempat gelap.
2.3.7
Kalimat Imperaktif Pemberian
Yang juga termasuk
golongan kalimat imperaktif ialah pemberian yang dinyatakan dengan kata biar(lah) atau biarkan(lah). Sebetulnya dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh
membiarkan supaya sesuatu terjadi atau berlangsung. Dalam perkembangannya
kemudian pemberian berarti minta izin agar sesuatu jangan dihalangi. Contoh:
a.
Biarlah
saya pergi dulu, kau tingal di sini.
b.
Biarkanlah
saya menanyai orang itu.
2.4 Kalimat Introgatif
Menurut Alwi,dkk. (2003:357), “kalimat introgatif,
yang juga dikenal dengan nama kalimat tanya, secara formal ditandai oleh
kehadiran kata tanya, seperti apa, siapa, berapa, kapan dan bagaimana dengan
atau tanpa partikel-kah sebagai penegas.” Kalimat interogatif diakhiri dengan
tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara
naik,terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat
interogatif biasanya digunakan untuk meminta (1) jawaban “ya” atau “tidak”,
atau (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau
pembaca. Ada empat cara untuk membentuk kalimat interogatif dari kalimat
deklaratif (1) dengan menambahkan partikel penanya apa, yang harus dibedakan
dari kata tanya apa, (2) dengan membalikkan susunan kata, (3) dengan
menggunakan kata bukan (kah) atau tidak (kah), dan (4) dengan mengubah intonasi
menjadi naik. Kalimat deklaratif dengan bentuk apa pun (akti,
pasif,ekatansitif, dwitransitif, dan sebagainya) dapat diubah menjadi kalimat
tanya dengan menambahkan pada partikel penanya itu untuk mempertugas pertanyaan
itu. Intonasi yang dipakai dapat sama dengan intonasi kalimat berita. Contoh.
a.
Dia istri Pak
Bambang.
b.
Apa dia istri
Pak Bambang.
Cara
kedua untuk membentuk kalimat tanyak adalah dengan mengubah urutan kata dari
kalimat deklaratif. Ada beberapa kaidah yang perlu di perhatikan dalam hal ini.
1.
Jika dalam
kalimat deklaratif terdapat kata seperti dapat, biasa, harus, sudah, dan mau,
kata itu dapat dipindahkan ke awal kalimat dan ditambahpartikel-kah. Contoh:
a.
Dapatkah dia
pergi sekarang?
b.
Haruskah Narti
segera kawin?
c.
Sudahkah dia
selesai kuliahnya?
Bentuk seperti
sedang,akan, dan telah umumnya tidak dipakai dalam kalimat seperti ini.
2.
Dalam kalimat
yang predikatnya nomina atau adjektiva-kah ditambahkan pada frasa yang telah
dipindahkan ke muka. Contoh:
a.
Urusan Pak
Alikah masalah ini?
b.
Pacar Rudykah
ayahnya?
c.
Sedang sakitkah
ayahnya?
d.
Malaskah
anaknya?
3.
Jika predikat
kalimat adalah verba taktransitif, ekatransitif, atau semitransitif, verba
beserta objek atau pelengkapanya dapat dipindahkan ke awal kalimat dan kemudian
ditambah partikel –kah. Contoh:
a.
Menangiskah dia
kemarin?
b.
Bekerjakah
mereka di pabrik roti?
c.
Mencuri uang
itukah dia?
d.
Membunuh
adiknyakah orang itu?
Cara ketiga untuk
membentuk kalimat interogatif adalah dengan menepatkan kata bukan/bukankah,
(apa/atau) belum atau tidak. Contoh.
a.
Dia sakit,
bukan?
b.
Bukankah dia
sakit?
Kalimat yang diakhiri
dengan kata ingkar bukan, belum, atau tidak dinamakan kalimat interogatif
embelan (Alwi,dkk. 2003:360).
Cara keempat
yang dipakai untuk membentuk kalimat interogatif adalah dengan mempertahankan
urutan kalimatnya seperti urutan kalimat deklaratif tetapi dengan intonasi yang
berbeda, yakni intonasi yang naik. Urutan kata dalam contoh yang berikut adalah
urutan kalimat deklaratif; tetapi, jika diucapkan dengan intonasi yang naik,
maka berubahlah menjadi kalimat interogatif. Contoh.
a.
Jawabannya sudah
diterima?
b.
Dia jadi pergi
ke Mean?
Cara
terakhir untuk membentuk kalimat interogatif adalah dengan memakai kata tanya
seperti apa, berapa, siapa, kapan, dan mengapa. Contoh.
a. Dia mencari siapa?
b. Kapan mereka berangkat ke amerika?
Penjelasan pakar di
atas dapat dinyatakan bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung
permintaan atau reaksi suatu jawaban yang diharapkan oleh mitra berbahasanya
untuk menarik perhatian pembaca. Pada kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya
(?).
2.5 Kalimat Ekslamatif
Kalimat ekslamatif yang juga dikenal dengan nama
kalimat seru, secara formal ditandai dengan kata alangkah, betapah, atau bukan
main pada kalimat berpredikat ajektifal. Menurut Alwi, dkk. (2003:362), “
kalimat ekslamatif ini, yang juga dinamakan kalimat interjeksi biasa digunakan
untuk menyatakan perasaan kagum dan heran.” Contoh
a.
Alangkah
bebasnya pergaulan mereka!
b.
Betapa bebasnya
pergaulan meraka!
Dapat dinyatakan penjelasan pakar diatas bahwa
kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan emosi yang kuat atau
kagum. Dalam bentuk lisan kaliamt seru berintonasi naik dan pada tulisan
ditandai dengan tanda seru atau tanda titik pada akhir kalimatnya.
2.6
Hakikat Periklanan
Menurut Anindye Arini, dkk. (2008:64) “iklan adalah
berita pesanan untuk mendorong dan membujuk khalayak ramai agar memiliki atau
memenuhi permintaan di dalam iklan. Jadi dapat disimpulkan iklan adalah salah
satu teknik komunikasi masa dengan membayar ruangan atau waktu yang disediakan
media masa untuk menyiarkan barang atau jasa yang ditawarkan oleh si pemasang
iklan (produsen barang atau jasa).
2.7 Ciri-Ciri Bahasa Iklan
Menurut Romli (2005:27) “pertimbangan atau landasan
penggunaan gaya demikian adalah demi kepentingan pembaca atau konsumen. Pembaca
diasumsian selalu dalam keadaan bergegas atau punya sedikit waktu untuk membaca
“. Dalam hal ini, iklan hadir dalam segala pesona, daya sihir, serta
kelemahannya.
Bahasa iklan juga hendaknya singkat, jelas, dan
menarik untuk memundahkan pemahaman pembacanya bahasa iklan tidak hanya
disajikan dengan kata-kata dan kalimat, tapi juga dengan menampilkan gambar
yang akan mendukungnya. Di samping laras bahasa yang wajib mendapat perhatian,
ada pedoman kebahasaan yang di gunakan untuk bahasa iklan seperti.
1.
Gampang di
pahami konsumen
2.
Sederhana
bahasanya dan jernih pengutaraanya.
3.
Tanpa kalimat
majemuk.
4.
Kalimatnya aktif
bukan pasif
5.
Padat dan kuat
bahasanya
6.
Posistif
bahasanya, bukan bahasa negatif
2.8 Klasifikasi Iklan
Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi nonpersonal
yang menyampaikan informasi berbayar sesuai keninginan dari institusi atau
seponsor tertenu melalui media masa yang bertujuan memengaruhi/mempersuasi
khalayak agar pembeli suatu produk atau jasa. Menurut Arifin, dkk. (1992:15)
menjelaskan sebagai berikut,
Berdasarkan
media sarananya, maka iklan bisa dikategorikan kedalam beberapa jenis yaitu:
(1) iklan surat kabar (2) iklan majalah (3) iklan radio dan televisi (4) iklan
berupa surat langsung, (5) iklan poster dan papan reklame (6) iklan
transif (7) iklan dalam bentuk pameran.
Berdasarkan ukurannya, maka iklan bisa dikategorikan ke dalam beberapa jenis
yaitu : (1) iklan kecil atau iklan mini (2) iklan reklame. Berdasarkan
barang/jasa yang ditwarkan, maka iklan bisa dikategorikan ke dalam beberapa
jenis, yaitu : (1) iklan kebutuhan pokok, (2) iklan kebutuhan skunder, (3)
iklan kebutuhan perkantoran, (4) iklan promosi hibura, (5) iklan promosikan
pendidikan, (6) iklan perekonomian, (7) iklan jasa.
Berdasarkan tujuannya iklan diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, iklan informatif, iklan persuasif, dan iklan reminder. Hal ini
senada dengan pendapat Kriantono dalam Hakim (2011:09) menyatakan, berdasakan
tujuan beriklan, makan iklan bisa dibedakan berdasarkan tiga jenis, yaitu ilan
informasi, persuasi, dan mengingat.
2.9
Hakikat Iklan Penawaran
2.9.1 Pengertian Iklan Penawaran
Penawaran dalam ilmu ekonomi adalah banyak barang
atau jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada
setiap tingkat harga selama priode waktu tertentu. Menurut Firdaus (2008:71)
“dalam analisis ekonomi, jumlah barang yang ditawarkan berarti julah yang
ditawarkan pada tingkat jumlah tertentu.” Penawaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain harga barang, tingkat teknologi, jumlah produsen di pasar,
harga dan bahan baku serta harapan, spekulasi atau perkiraan.
Iklan penawaran adalah media promosi produk tertentu
untuk membujuk khalayak ramai agar memenuhi permintaan di dalam iklan, dengan
tujuan produk yang ditawarkan terjual laris. Menurut Supriyatna (2007:12)”
iklan penawran atau permintaan adalah iklan niaga yang berisis penawaran atau
permintaan agar orang lain mau bekerja sama dengan pesang iklan.” Iklan
penawaran disusun dengan mengunakan kata-kata pilihan yang berkonotasi baik,
memikat, dan sugestif.
2.9.2
Bahasa yang Di Gunakan dalam Iklan
Pemakaian bahasa dalam sebuah iklan harus
komunikatif. Bahasa dikatakan komunikatif apabila terjadi kesamaan apa yang
akan disampaikan oleh penutur bahasa dengan pendengar atau pembacanya atau
dengan kata lain terjadinya saling mengerti antara penutur dengan lawan
bicaranya. Hal isis sesuai dengan pendapat Chaer dan Agustina (2004:18)
menjelaskan “suatu perbuatan untuk dapat bersifat komunikatif adalah kalau
perbuatan itu dilakukan dengan sadar dan ada pihak lain yang bertindak sebagai
penerima pesan dari perbuatan itu.
Pemanfaatan bahsa dalam iklan disesuaikan dengan
kebutuhan dan demi tercapainya maksud iklan itu sendiri. Cara khusus iklan di
televisi lebih menekankan bahsa tutur dalam menampaikan maksudnya kepada orang
lain. Hal itu dapat di ungkapkan oleh penutur dengan mengunakan kalimat
imperatif, deklaratif, itrogatif, maupun ekslamatif dengan maksud tercapainya
pesan kepada masyarakat.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan maupun tulisan yag mengungkapkan pkiran yang utuh. Dalam wujud
lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras, lembut, disela jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah
terjadinya perpaduan ataupun asimilasi
bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Kalimat jika dilihat dari bentuk
sintaksisnya dapat dibagi, kalimat deklaratif, kalimat introgratif, kalimat
imperatif dan kalimat eksplamatif.
3.2
Saran
Pada kesempatan ini, berdasarkan skripsi yang
penulis bahas, penulis menyarankan kepada pembaca media khususnya iklan yang
terdapat dalam surat kabar agar mencermati makna kalimat-kalimat yang termuat
dalam sebuah iklan. Supaya pembaca teliti, sehingga pembaca tidak tertipu atau terpengaruh dengan
ajakan-ajakan yang tercantum dalam iklan yang dimuat pada media surat kabar.
Mengingat banyaknya produk yang
diiklankan di media surat kabar tidak sesuai dengan iklan yang tertera pada
surat kabar itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Miftakhul, Jannah. 2012. Analisis Kalimat yang Digunakan
Pada Iklan Penawaran dalam Surat Kabar Harian Pagi Riau Pos Edisi Februari. Skripsi.
Pekanbaru: Program Strata Satu Universitas Islam Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar