Minggu, 16 Desember 2012

TAQWA

-->
TAQWA
         Menurut Afiff Abd. Fatah Tabbarah yang dimaksud dengan takwa yaitu takut melaksanakan hal-hal yang dimurkai Tuhan dan takut kepada hal-hal yang merusakkan dirinya sendiri dan merusakkan orang lain.
         Menurut Maftuh Ahnan intisari makna yang terkandung dalam tawa itu meliputi tiga hal yaitu:
1.      Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai Tuhan.
2.      Menghindarkan perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri.
3.      Menjauhkan perbuatan-perbuatan yang merusak/merugikan orang lain.

          Orang yang bertakwa memperoleh berbagai keberutungan antara lain, mendapatkan ampunan dari dosa yang telah dilakukan dan diberi pahala yang berlipat ganda. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an QS.At-Talaq: 4-5. Selain itu masih banyak lagi keberuntungan yang akan diperoleh oleh orang yang takwa. Sehubungan dengan hal tersebut maka setiap mukmin pasti menginginkan untuk mencapi takwa. Namun perlu diketahui bahwa untuk dapat mencapai takwa itu tidak selalu melalui jalan yang lurus, sebaliknya disana-sini seringkali didapati berbagai cobaan dan godaan yang dapat menghancurkan dirinya dari jalan yang lurus itu. Alloh berfirman dalam surat Al-Ankabut: 3, yang arinya, “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta” (QS.An-Ankabut: 3).
       Diantara berbagaiu macam cobaan dan godaan yang sering menghadang dan perlu diwaspadai manusia menurut Imam Al-Ghazali ada 4 macam yaitu:

a.      Dunia dan Isinya
     Segala yang ada didunia ini jika ditaksir lebih dari pada harganya, bukanlah mendatangkan laba tetapi sebaliknya adalah kerugian. Harta benda memang mahal, tetapi orang tidak boleh menaruh harganya lebih dari harga sewajarnya. Memang dengan harta dapat dicapai maksud, karena itu harta dikumpulkan. Namun sering terjadi orang mengumpulkan harta sampai berlebih-lebih karena itu dipandang sebagai suatu kemuliaan bahkan sebagai alat kesombongan.
      Firman Alloh yang artinya “ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu)” (QS. At-Takatsur: 1-3).

b.      Makhluk (Manusia)
      Islam mengajarkan agar umatnya hidup bermasyarakat. Dengan hidup bermasyarakat itu, mereka dapat tolong-menolong satu dengan yang lain dalam memecahkan segala persoalan, demi untuk kebaikan.
       Firman Alloh yang artinya, “ Dan tolong menolonglah kamu dalam ( mengerjakan ) kebaikan dan takwa dan janganlah tolong menolongdalam (perbuatan) dosa dan pelanggaran” (QS. Al-Maidah: 2).
       Sabda Rosululloh Saw, “ Hendaklah kamu bersama orang banyak (berjamaah) karena pertolongan Alloh bersama orang banyak. Sesungguhnnya syetan adalah serigala bagi manusia yang akan menerkam orang yang terpencil, menyelamatkan diri, menjauh dan menyendiri”.
       Bagi manusia, orang lain adalah teman hidup yang sangat dibutuhkan dan membantu kehidupan seseorang untuk mencapqai kesejahteraan lahir dan batin. Namun sebaliknya manusia (orang lain) itu dapat juga penghalang dalam berbuat kebajikan dan bahkan dapat menjerumuskan seseorang kepada kehinaan dan kecelakaan.

c.       Syetan
   Syetan adalah makhluk yang pekerjaannya menganggu dan menggoda manusia. Ia diberi kemampuan mamasuki dalam diri manusia lewat peredaran darah, hanya hati nurani manusia beriman dapat menola godaan syetan itu.
Rosululloh Saw bersabda yang artinya:
    “sesungguhnya syetan itu berjalan dalam diri manusia menurut perjalanan darahnya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw juga bersabda yang artinya:
      “ Tidak seorang pun diantara kita yang tidak bersyetan, saya sendiri juga bersyetan, tetapi Allah menolong saya menghadapi Syetan saya itu, sehingga ia saya kalahkan”
 (HR. Al-Jauzi).
   
        Berbagai macam cara dilakukan oleh syetan untuk menyeret manusia melakukan kejahatan ataupun menghalangi melakukan kebaikan. Menurut imam Al-Ghazali syetan menggoda manusia dalam tujuh tingkatan yaitu:
1.      Syetan akan mengajak manusia agar manusia tidak taat kepada Alloh.
2.      Syetan akan mengajak manusia agar menunda waktu ibadah
3.      Syetan akan menajak manusia agar cepat-cepat (buru-buru) yang akibatnya tidak sempurna.
4.      Syetan mengajak beramal dengan sempurna, tetapi dengan maksud mendapatkan pujian dari manusia atas kesempurnaan ibadah.
5.      Syetan mengajak manusia untuk membangunkan diri dengan ibadah yang baik dan sempurna.
6.      Syetan mengajak manusia untuk beribadah dengan baik dan sempurna karena Alloh dan tanpa membanggakan dirinya, tetapi mengharap sesuatu dari ibadahnya itu.
7.      Syetan mengajak manuisa untuk mengembalikan urusan/ibadahnya kepada takdir Alloh.

d.      Nafsu
        Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan oleh Tuhan dalam diri manusia hingga ia dapat hidup, bersemangat dan lebih kreatif. Dengan demikian  maka nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia. Hanya saja mengeingat tabiat nafsu itu berkecenderungan untuk mencari kesenangan, lupa diri, bermalas-malasan, yang membawa kesesatan, dan tidak pernah merasa puas maka manusia harus dapat mengendalikannya agar tidak membawa kepada kejahatan.
         Diantara nafsu-nafsu yang ada dalam diri manusia yaitu:
1.      Nafsu Amarah  yaitu , nafsu  yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk dapat dipenuhi, belum memperoleh pendidikan dan bimbingan sehingga belum bisa membedakan mana yang baik dan mana pula yang buruk.
2.      Nafsu Lawwamah  yaitu, nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan itu, hanya sayangnya apabila dorongan nafsu itu datang lagi ia tidak mampu menahan nafsunya itu, walawpun setelah itu ia menyesal lagi.
3.      Nafsu Mutmainnah yaitu, nafsu yang telah mendapatkan tuntutan, bimbingan dan peliharaan yang baik. Nafsu ini dapat mendatangkan ketenangan batin, melahirkan sikap dan perbuatan  yang baik, membentengi diri dari perbuatan keji dan munkar  bahkan menghalau aneka ragam  kejelekan serta selalu mendorong untuk melakukan kebajiakan  dan menjauhi maksiat.
       Maka dari itu pendidikan mempunyai arti dan peranan penting bagi terdidik guna menggairahkan mereka melakukan pengabdian kepada Tuhanya ataupun menanggulangi atau mengatasi godaan dan cobaan yang senantiasa menghadangnya.

Sumber:
Uhbiyati Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam 1. Bandung: Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar